Minggu, 18 November 2018

Rahasia Dibalik kata "TERSERAH" seorang wanita?

Bagi para cowok2..gue pengen kasih tau kalian 10 arti kata "TERSERAH"...??

Pernah dengar atau alami kata-kata atau hal seperti ini?

Mau makan apa, Yang?”
“Terserah.”

“Habis ini mau ke mana?”
“Terserah.”

Konon, kata yang satu ini jadi penyebab utama kenapa banyak cowok panas dingin dan naik tensi. Secara harafiah sih ‘Terserah’ itu artinya ngikut aja. Mau dibawa ke mana aja hayuk, mau makan apa aja oke. Tapi yah..bukan cewek namanya kalau gak ribet. Terserah itu bukan selalu berarti terserah. Banyak arti turunannya yang mesti para cowok pahami.

Demi hidup yang lebih tenang, pengen tahu gak apa arti kata sebenarnya dari “Terserah?”
Yukkss...baca sampai selesai yaa guyss..

1. Kok kamu gak peka sih? Harusnya kamu tau aku pengen makan apa….

Aku mau makan apa, harusnya kamu tahu.
Aku mau makan apa, harusnya kamu tahu…
Kalau cewek bilang ‘Terserah’ pas ditanya mau makan di mana, maka ini artinya.

Terserah di sini bukan berarti dia mau dibawa ke mana aja. Atau dia pasrah sama pilihan restoranmu. Dia malah berharap kamu tahu apa yang dia mau. Tapi dia gak perlu repot-repot ngomong, gitu…

2. Kenapa nanya terus deh? Ribet amat!

Kenapa nanya mulu sih? Ribet amaat
Kenapa nanya mulu sih? Ribet amaat...

Makan pasta aja ya, Say?
Terserah!

Apa Sate Padang?
Terserah..

Soto mau?
Terseraaaaahhhh!


Gak tahu apa aku lagi kesel? Jalan aja deh! Nanti juga kalau kamu salah pilih aku ngambek.

3. Kamu lagi ngeselin. Aku males jawab

BEntar ya diq. Abang mati muda dulu
BEntar ya diq. Abang mati muda dulu

Biasanya cewek begini kalau lagi ngambek. Daripada capek jelasin panjang lebar, ya udah lah ya biar gampang jawab aja pakai “Terserah…”
*kemudian cowoknya mati muda*

4. Kalau kamu sayang aku, harusnya kamu gak ngelakuin itu

Kamu boleh pergi. Tapi aku ngambek!
Kamu boleh pergi. Tapi aku ngambek!

Passive-aggresive allert. Yeah, cewek emang kadang gengsi buat terang-terangan bilang perasaannya. Atau melarang kamu ngelakuin sesuatu. Contohnya aja nih, kamu ijin mau main ML (Mobile Legend) semaleman sama teman-teman. Dan cewekmu jawab….
“Terserah….”
INI UJIAN SAUDARA-SAUDARA! Kalau kamu gak mau ada drama setelahnya, mending pikirin lagi buat pergi…


5. Sebenarnya aku juga masih bingung mauku apa. Tapi yang jelas harus ngikutin kemauanku

Aku juga bingung. Tapi harus ngikutin kemauanku...
Aku juga bingung. Tapi harus ngikutin kemauanku…

Memanglah sedari dahulu cewek selalu benar. Dan cowok tertakdirkan salah.

6. Hiiiih. Nanya mulu. Baca pikiranku dong. Kan kita udah lama pacaraaan.

Mz baca pikiranku mz
Mz baca pikiranku mz

Mungkin semua cowok di dunia harus berkewajiban ikut kelas privat Belajar-membaca pikiran level advanced...hahaha

7. OK. Lakuin aja apa yang kamu mau. Tapi habis ini kita diem-dieman ya?
Terserah. Tapi habis ini aku diemin ya.
Terserah. Tapi habis ini aku diemin ya.
Waktu kamu kurang peka sama tanda-tanda kebetean cewekmu dan memilih pergi, biasanya sih hasil akhirnya kurang ngenakin.

“Sayang aku pergi futsal ya?”
“Hmmm…ya. Terserah.”

Jangan kaget kalau besoknya chat mu dianggurin, teleponmu gak diangkat, bahkan kamu dapat silent treatment waktu main ke rumahnya. Lain kali jangan langsung percaya kalau dia bilang ‘Terserah.” Lihatin dulu ekspresinya baek-baek.

8. Abort mission. Now. I SAID ABBORT MISSION
Nuff said. BEWARE
Nuff said. BEWARE
Enough said. Gak usah macem-macem.

9. Hmmmm….aku sih pengen lihat aja. Kamu lebih pilih aku atau (…………)
Kamu pilih dia ya? Hih. Yaudah
Kamu pilih dia ya? Hih. Yaudah

10. Kan aku udah bilang Terserah. Tapi ya gak Terserah-Terserah amat. Ngertiin aku dikit kenapa sih?

Setelah tahu 10 arti dari kata ‘Terserah” ini saya harap hidupmu jadi lebih tenang ya. Kalau cewek bilang Terserah jangan langsung percaya. Karena 1 kata itu bisa berjuta maknanya.
Firman Tuhan menasehatkan kita bahwa kita harus saling sepikir dan satu tujuan untuk memuliakan nama Tuhan. Roma 12:16-18, "Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!
Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!"
Ayat ini memang sebuah nasehat dan sikap dan perilaku yang diharapkan dari Jemaat di Roma, jelas Paulus cukup mengetahui kebutuhan orang-orang percaya di Roma. Sekalipun sebagian besar dari nasihat-nasihatnya cocok untuk semua kelompok orang percaya, banyak dari nasihat-nasihat itu menunjukkan bahwa sang rasul memikirkan kelompok tertentu ketika menulis. Jangkauan dari nasihat-nasihat itu menakjubkan. Nasihat-nasihat itu menyentuh nyaris setiap segi kehidupan. Cara hidup Kristen adalah benar-benar menjadi orang Kristen dan bertindak sebagaimana seharusnya orang Kristen di setiap bidang kehidupan.
Namun, yang saya tekankan dalam hal ini ialah kasih yang tidak pura-pura, kasih yang terus terang dan tidak munafik, saling membangun bukan membesarkan egoisme dan maunya dihormati, tetapi saling melengkapi dan saling membangun antar sesama. Jangan saling membalas dendam tapi saling mengasihi, karena dendam memiliki dampak negatif bukan saja buat orang lain, tapi diri sendiri bahkan sebuah hubungan. So, mulailah berubah dari dirimu sendiri. Perubahan jangan menunggu perubahan dari orang lain, karena perubahan itu dimulai dari kesadaran diri dan dimulai dari dirimu sendiri. God bless you🙏





Sabtu, 11 Agustus 2018

TRUE FREEDOM

Di jaman digital seperti sekarang kesibukan manusia semakin meningkat. Waktu terus berputar tanpa disadari. Beban yang dipikul dari setiap permasalahan membuat otak terus bekerja tiada henti. Tekanan demi tekanan datang pada setiap manusia. Tidak ada seorangpun yang tidak menghadapi masalah. Beban pikiran yang sangat berat membuat manusia mencari jalan keluar untuk meringankan beban mereka. Hiburanpun dicari mulai dari hiburan untuk keluarga, jalan-jalan ke mall hingga mencari hiburan di malam hari. Tidak sedikit yang masuk ke dalam kehidupan malam, narkoba dll yang tentunya sangat merusak jiwa dan hanya membuat kita tidak terlepas dari kehampaan. Apa yang kita dapatkan hanyalah kenikmatan sesaat yang akan hilang ketika kembali kepada realita kehidupan. Kesenangan yang didapatkan tidak bisa melepaskan mereka dari tekanan yang dihadapi. Bahkan masalah menjadi lebih berat ketika mereka jatuh ke dalam dosa dengan terlibat pada obat-obatan terlarang, kecanduan minuman keras dll.Di jaman digital seperti sekarang kesibukan manusia semakin meningkat. Waktu terus berputar tanpa disadari. Beban yang dipikul dari setiap permasalahan membuat otak terus bekerja tiada henti. Tekanan demi tekanan datang pada setiap manusia. Tidak ada seorangpun yang tidak menghadapi masalah. Beban pikiran yang sangat berat membuat manusia mencari jalan keluar untuk meringankan beban mereka. Hiburanpun dicari mulai dari hiburan untuk keluarga, jalan-jalan ke mall hingga mencari hiburan di malam hari. Tidak sedikit yang masuk ke dalam kehidupan malam, narkoba dll yang tentunya sangat merusak jiwa dan hanya membuat kita tidak terlepas dari kehampaan. Apa yang kita dapatkan hanyalah kenikmatan sesaat yang akan hilang ketika kembali kepada realita kehidupan. Kesenangan yang didapatkan tidak bisa melepaskan mereka dari tekanan yang dihadapi. Bahkan masalah menjadi lebih berat ketika mereka jatuh ke dalam dosa dengan terlibat pada obat-obatan terlarang, kecanduan minuman keras dll.

Yesus mengingatkan kita bahwa hanya dalam Dialah kita akan mendapat kelegaan yang sejati.
Inikah beban yang sering kita alami;
1. Beban Rutinitas Agamawi
"Semua yang letih lesu dan berbeban berat" inilah yang dialami oleh orang-orang yang mengeluh akan beban hukum Taurat yang penuh dengan tata upacara, yang merupakan kuk yang tidak tertahankan, dan yang semakin dibuat lebih berat lagi dengan tradisi-tradisi nenek moyang (Luk. 11:46) dan Yesus memberikan solusi dengan mengundang kita untuk datang kepada-Nya. Marilah datang kepada Kristus, maka kita akan mendapat kelegaan. Ia datang untuk membebaskan gereja-Nya dari kuk ini, untuk menghapus beban berbagai aturan duniawi itu, dan untuk memperkenalkan cara menyembah yang lebih murni dan benar.

2. Beban Dosa
Melihat beban yang dialami manusia Ia berkata bahwa akan memberi kelegaan atas ketakutan yang ditimbulkan oleh dosa, dalam hati nurani yang damai teguh, kelegaan dari kuasa dosa, dalam jiwa yang teratur dan yang memerintah dirinya sendiri, kelegaan di dalam Allah, dan kepuasan jiwa, di dalam kasih-Nya (Mzm. 11:6-7). Hanya dengan merendahkan diri, mereka akan mendapatkan kelegaan dari Yesus serta sanggup memikul kuk dari-Nya (Matius 11:29-30). Kuk dari Tuhan adalah pengenalan yang benar akan Tuhan untuk mereka saksikan kepada sesama.

So, ketika kita ingin mendapat kelepasan dengan mencari kesenangan atau hiburan dari dunia, kita hanya akan mendapatkan ketenangan sesaat saja. Setelah itu beban berat akan datang kembali. Beban yang ada hanya akan hilang pada waktu kita mencari kesenangan dunia. Tidak ada yang dapat memberi kelepasan yang kekal selain Tuhan Yesus. Pada saat kita datang kepada Tuhan, Dia akan mencurahkan damai sejahtera-Nya bagi kita. Damai yang Tuhan berikan tidak dapat diberikan oleh dunia ini. “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” (Filipi 4:7).

Refleksi diri:
Apa kesombongan Anda? Agama? Kesalehan? Amal? Keaktifan melayani? Semuanya menjadi beban yang melelahkan hati bukan?
Put everything at the feet of Jesus. Let the word of God fill your heart and life!

Yesus mengingatkan kita bahwa hanya dalam Dialah kita akan mendapat kelegaan yang sejati.
Inikah beban yang sering kita alami;
1. Beban Rutinitas Agamawi
"Semua yang letih lesu dan berbeban berat" inilah yang dialami oleh orang-orang yang mengeluh akan beban hukum Taurat yang penuh dengan tata upacara, yang merupakan kuk yang tidak tertahankan, dan yang semakin dibuat lebih berat lagi dengan tradisi-tradisi nenek moyang (Luk. 11:46) dan Yesus memberikan solusi dengan mengundang kita untuk datang kepada-Nya. Marilah datang kepada Kristus, maka kita akan mendapat kelegaan. Ia datang untuk membebaskan gereja-Nya dari kuk ini, untuk menghapus beban berbagai aturan duniawi itu, dan untuk memperkenalkan cara menyembah yang lebih murni dan benar.

2. Beban Dosa
Melihat beban yang dialami manusia Ia berkata bahwa akan memberi kelegaan atas ketakutan yang ditimbulkan oleh dosa, dalam hati nurani yang damai teguh, kelegaan dari kuasa dosa, dalam jiwa yang teratur dan yang memerintah dirinya sendiri, kelegaan di dalam Allah, dan kepuasan jiwa, di dalam kasih-Nya (Mzm. 11:6-7). Hanya dengan merendahkan diri, mereka akan mendapatkan kelegaan dari Yesus serta sanggup memikul kuk dari-Nya (Matius 11:29-30). Kuk dari Tuhan adalah pengenalan yang benar akan Tuhan untuk mereka saksikan kepada sesama.

So, ketika kita ingin mendapat kelepasan dengan mencari kesenangan atau hiburan dari dunia, kita hanya akan mendapatkan ketenangan sesaat saja. Setelah itu beban berat akan datang kembali. Beban yang ada hanya akan hilang pada waktu kita mencari kesenangan dunia. Tidak ada yang dapat memberi kelepasan yang kekal selain Tuhan Yesus. Pada saat kita datang kepada Tuhan, Dia akan mencurahkan damai sejahtera-Nya bagi kita. Damai yang Tuhan berikan tidak dapat diberikan oleh dunia ini. “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” (Filipi 4:7).

Refleksi diri:
Apa kesombongan Anda? Agama? Kesalehan? Amal? Keaktifan melayani? Semuanya menjadi beban yang melelahkan hati bukan?
Put everything at the feet of Jesus. Let the word of God fill your heart and life!

Ridho Daily Faith by Ridho Musa Jr

Selasa, 24 Juli 2018

SPEAKING IN TONGUE

BAHASA LIDAH (BAHASA ROH) ATAU SPEAKING IN TONGUE

Karunia berbahasa roh atau bahasa lidah (speaking in tongue, di dalam terjemahan Inggrisnya), merupakan salah satu karunia yang sering kali menjadi perdebatan sampai saat ini. Selain itu karunia ini juga sering dipandang sebagai karunia yang lebih istimewa daripada karunia lainnya. Seakan-akan ada satu kebanggaan tersendiri jika memiliki karunia tersebut. Salah satu atau dua alasan yang sering dikemukakan adalah, “kalau kita berbahasa roh, kita berkomunikasi dengan Tuhan, tidak seorang pun yang tahu apa yang kita ucapkan (termasuk setan atau iblis), karena itu bersifat rahasia” atau “waktu kita berbahasa roh kita sedang membangun diri kita dengan Tuhan”.

Sekarang mari kita perhatikan apa yang diajarkan Alkitab mengenai bahasa roh. Jika kita hanya melihat di dalam, 1 Korintus 14:2, “Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia” dan di 1 Korintus 14:4, “Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat”, maka sepertinya tidak ada yang salah dengan jawaban di atas. Sayangnya Alkitab tidak berhenti di 1 Korintus 14:2 dan 4 saja, Alkitab justru memberitahukan kepada kita, bahwa apa yang kita katakan sebagai bahasa yang tidak dimengerti seorang pun dan membangun diri tersebut, sesungguhnya harus menjadi bahasa yang dimengerti dan membangun jemaat.

Di dalam 1 Korintus 14:5 dikatakan, “Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun”. Di sini rasul Paulus mau memberitahukan kepada kita, bahwa karunia berbahasa roh bukanlah karunia yang hanya digunakan untuk membangun diri dan bersifat rahasia, seperti yang selama ini diajarkan di beberapa gereja. Karunia ini juga merupakan karunia yang tidak bersifat rahasia, serta dapat membangun jemaat melalui adanya penafsiran terhadap bahasa roh. Di sini kita melihat dari yang bersifat rahasia menjadi tidak bersifat rahasia. Dari yang membangun diri menjadi membangun jemaat.

Praktik yang terjadi pada saat ini adalah di dalam pertemuan jemaat (yang dalam konteks hari ini dapat dikatakan sebagai sebuah ibadah, persekutuan, ataupun kelompok kecil), orang-orang yang mengaku mendapatkan karunia ini justru menggunakannya tanpa ada yang menafsirkan. Seakan-akan semuanya hanya berfokus untuk membangun dirinya sendiri dan bukan membangun jemaat. Akibatnya ketika masuk orang-orang luar atau orang yang tidak beriman, maka mereka akan berkata bahwa orang-orang tersebut gila, kata Paulus (1Kor. 14:23).

Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan apa yang telah Alkitab ajarkan. Paulus mengatakan di dalam pertemuan jemaat, jika ada orang yang berkata-kata dalam bahasa roh biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang saja. Selain itu, orang-orang tersebut harus bergantian di dalam berbahasa roh dan harus ada yang menafsirkan. Jika tidak, maka mereka harus berdiam diri (1Kor. 14:27, 28), artinya setiap orang yang diberikan karunia berbahasa roh harus mampu menahan dirinya untuk tidak berbahasa roh jika tidak ada yang menafsirkan. Mereka harus mampu menggunakan karunia itu untuk membangun jemaat ketika berada dalam pertemuan jemaat. Selain itu, prinsip ini juga berarti adanya keteraturan dalam pertemuan jemaat. Adanya saling menghormati dan saling memahami antara yang satu dengan yang lainnya.

Tentunya ini bukan berarti kita tidak boleh membangun diri kita sendiri, karena ada saatnya kita perlu membangun diri, misalnya saat teduh, memuji Tuhan secara pribadi, atau berdoa untuk pertumbuhan rohani kita. Akan tetapi jika kita hanya membangun diri sendiri dan tidak menjadi berkat bagi orang lain, bukankah kita bersifat seperti kekanak-kanakan.1

Melalui artikel ini, mari kita sekali lagi merenungkan bagaimana seharusnya sebuah karunia digunakan. Kita percaya bahwa karunia itu adalah pemberian Allah dan diberikan dengan maksud untuk membangun jemaat-Nya. Mari kita kembali kepada apa yang Alkitab ajarkan, sehingga kita tidak terus mengulangi kesalahan yang sama, yang terjadi pada jemaat di Korintus. Biarlah kita boleh belajar menggunakan setiap karunia yang Tuhan berikan dengan benar sesuai dengan maksud dan tujuan Sang Pemberi Karunia.